Langsung ke konten utama

Tari Kuda-Kuda karya S. Maridi

Tari Kuda Kuda berasal dari Yogyakarta. Tari ini diciptakan oleh S. Maridi. Tari ini menceritakan tentang prajurit yang sedang berlatih perang.

Tari Kuda Kuda dibawakan secara berkelompok. Jenis gerakannya adalah tarian putra gagah. Tari Kuda Kuda tidak sama seperti tari Kuda Lumping, perbedaannya terletak pada jenis tariannya. Tari Kuda Kuda merupakan jenis tari kreasi baru, sedangkan tari Kuda Lumping merupakan jenis tari tradisional. Walaupun nama tarinya adalah Kuda Kuda, namun tidak menggunakan properti kuda yang terbuat bambu seperti tari Kuda Lumping.

Untuk melihat busana tari Kuda Kuda Anda tinggal klik link berikut busana-kuda-kuda.pdf


Ini video tari Kuda Kuda :

untuk melihat video tari Kuda Kuda lebih banyak lagi, kunjungi Youtube


Sekian dulu postingan saya, ada kurang lebihnya saya minta maaf. Semoga bermanfaat.



Kelompok 5 Tari Kuda Kuda


  • Agung Tri Media (01)

  • Dimas Satya Andanu (10)

  • Faiz Kurnia Rahman (15)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur Tari

Seni Tari ialah gerak terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan wiraga (tubuh), wirasa (penghayatan), wirama (irama) dan wirupa (wujud). Wiraga ialah gerak pokok tari yang berkaitan dengan raga atau tubuh dari gerak kaki sampai kepala. Gerak dirangkai dan digayakan sesuai dengan bentuk yang tepat, misalnya seberapa jauh badan merendah, tangan merentang dan sebagainya. Wirama ialah cepat atau lambatnya rangkaian gerak yang ditarikan serta ketepatan perpindahan gerak selaras dengan jatuhnya irama yang berasal dari musik pengiring, baik itu gamelan, tifa, rebana maupun yang lainnya. Wirasa ialah perasaan yang diekspresikan melalui raut muka dan gerak. Keseluruhan gerak tersebut harus dapat menjelaskan jiwa dan emosi tarian, misalnya sedih, gembira, tegas atau marah. Wirupa ialah rupa atau wujud yang memberi kejelasan gerak tari yang diperagakan melalui warna, busana atau kostum serta tata rias yang disesuaikan deng...

Tari Ronggeng Parung

Dulu Srintil sangat percaya bahwa penghayatan versi ronggeng lebih unggul karena tiadanya tertib susila, sehingga wilayah penghayatannya adalah kelelakian secara umum, bukan kelelakian dalam diri seorang lelaki tertentu. Karenanya dulu Srintil yakin menjadi seorang ronggeng lebih terhormat daripada menjadi seorang perempuan somahan. —Ronggeng Dukuh Paruk Tahun 1960an di desa Dukuh Paruk. Srintil – gadis kencur yang belum sekali pun melihat pentas ronggeng, tiba-tiba menembang dan menari dengan begitu gemulai, erotis dan sensual. Penduduk desa itu percaya Srintil telah dirasuki roh indang ronggeng, wangsit yang dimuliakan di dunia peronggengan. Srintil tak ayal didapuk menjadi ronggeng Dukuh Paruk. Ronggeng adalah seorang penari dan penembang tradisional yang tidak hanya menarik bayaran tinggi untuk pentasnya, tapi juga untuk jasa seksualnya. Ronggeng adalah milik semua orang, dan ini jugalah yang kemudian menimbulkan keretakan hubungan Srintil dengan kawan laki-laki sepermainannya...